Scene I Kegagalan Panen
Perkebunan Apel disuatu kota secara berangsur-angsur mengalami kegagalan panen karena hal yang misterius. Perkebunan-perkebunan tersebut terpaksa memecat karyawan-karyawannya serta menanggung banyak hutang akibat kerugian dari gagal panen. Akhirnya perkebunan-perkebunan di kota tersebut satu persatu dituup karena bangkrut. Tinggal pemiliknya yang masih meratapi bencana di ladang perkebunannya.
Scene II Kilatan Petir
Pada suatu malam hujan badai menghampiri hampir seluruh sudut kota. Sebuah kilatan petir yang misterius menyambar salah satu perkebunan. Kilatannya sangat aneh karenan memiliki warna kilatan yang tidak biasa yaitu berwarna-warni layaknya pelangi. Si pemilik perkebunan menyadari kejanggalan tersebut namun tidak begitu mempedulikan kejadian tersebut.
Scene III Apel Warna-Warni
Beberapa hari setelah kejadian kilatan petir sang pemilik perkebunan pergi ke kebun untuk memeriksa keadaan kebun. Sang pemilik kebun tersebut terkejut setelah menemui pohon-pohon apelnya telah tumbuh dan berbuah kembali hanya dalam hitungan hari. Tidak hanya itu apel-apel tersebut juga telah banyak yang berjatuhan ke tanah dan beberapa memiliki warna-warna yang tidak lazim. Bayangkan saja ada apel yang berwarna orens, kuning, biru, ungu, dan nila , selain itu juga ada apel yang berwarna masih lazim yaitu merah dan hijau, tapi tetap saja semua ini adalah sebuah keaajaiban.
Scene IV Kejanggalan & Kebutuhan Pasar
Terjadi sebuah kejanggalan lain yaitu buah-buah apel tersebut menjadi lebih bahkan sangat cepat busuk ketika telah menyentuh tanah. Di pihak lain telah banyak permintaan dari pasar yang tertarik untuk membeli apel ajaib tersebut. Sebuah tantangan bagi pemilik kebun untuk selalu siap siaga di bawah pohon apel dan tidak boleh membiarkan apel terjatuh ke tanah.